Konsep SILO SEO: Penjelasan Komprehensif
Konsep SILO SEO: Penjelasan Komprehensif – Dalam dunia SEO yang semakin kompetitif, memiliki konten berkualitas saja tidak cukup untuk membuat website Anda menduduki posisi teratas di Google. Salah satu elemen penting yang sering diabaikan adalah struktur situs yang rapi dan terorganisir. Di sinilah konsep SILO SEO berperan penting. SILO SEO adalah strategi penataan konten yang mengelompokkan halaman-halaman dengan topik serupa ke dalam struktur yang terorganisir, sehingga memudahkan mesin pencari memahami topik utama website Anda.
Dengan menerapkan struktur silo yang tepat, Anda tidak hanya membantu Google merayapi situs dengan lebih efisien, tetapi juga meningkatkan pengalaman pengguna dan membangun otoritas topik yang kuat. Artikel ini akan membahas secara lengkap apa itu SILO SEO, perbedaannya antara fisik dan virtual, manfaatnya, hingga cara penerapannya pada berbagai jenis website seperti blog, toko online, dan website jasa. Jika Anda serius ingin meningkatkan peringkat website di mesin pencari, maka memahami dan menerapkan SILO SEO adalah langkah penting yang tidak boleh Anda lewatkan.
Definisi SILO dalam Konteks SEO
SILO dalam SEO mengacu pada metode pengelompokan konten website ke dalam kategori-kategori terstruktur yang masing-masing berfokus pada topik tertentu. Setiap kelompok (disebut silo) berisi halaman-halaman yang saling terkait secara tema dan dihubungkan dengan tautan internal satu sama lain. Struktur ini bersifat hierarkis: biasanya terdapat halaman utama untuk setiap kategori (sebagai induk), dan di bawahnya terdapat halaman-halaman turunan atau subtopik terkait. Tujuan utamanya adalah membuat situs lebih terorganisir sehingga mesin pencari lebih mudah memahami organisasi dan relevansi informasi di dalamnya. Selain itu, pengunjung pun diuntungkan karena navigasi situs menjadi lebih logis dan mudah.
Contoh ilustrasi struktur silo: situs dibagi menjadi tiga silo (misal: “Sowing seeds”, “Plant care”, “Gardening equipment”). Masing-masing silo memiliki subtopik terfokus di bawahnya (contohnya, di bawah “Sowing seeds” ada halaman tentang zona tanam dan kalender tanam). Setiap silo berdiri sendiri dan halaman-halamannya saling terhubung erat secara internal, tanpa banyak tautan antar silo berbeda, sehingga membentuk klaster konten yang jelas. Struktur semacam ini membantu menekankan keterkaitan tema di dalam silo dan meminimalkan percampuran topik berbeda.
Dalam praktiknya, konsep silo dapat diterapkan baik pada struktur URL situs maupun pada pola tautan internal. Pendekatan ini populer disebut juga arsitektur silo, dan dianggap sebagai fondasi situs yang kokoh untuk mendukung upaya SEO. Intinya, dengan siloing, kita mengatur konten situs sedemikian rupa sehingga setiap kelompok konten fokus pada satu tema dan memiliki hubungan internal yang kuat. Hal ini menjadikan situs lebih mudah di-crawl oleh Google, lebih relevan secara topikal, dan lebih ramah bagi pengguna dalam menavigasi konten.
Perbedaan Antara Struktur SILO Fisik dan Virtual
Pendekatan silo dapat dibagi menjadi dua jenis: SILO fisik dan SILO virtual (kadang juga disebut hard silo vs soft silo). Keduanya bertujuan mengelompokkan konten, tetapi caranya berbeda:
-
SILO Fisik (Hard Silo): Mengorganisir konten ke dalam struktur direktori atau folder secara nyata di URL. Artinya, setiap kategori silo dibuatkan folder tersendiri pada struktur situs. Misalnya URL halaman dalam silo fisik akan mencerminkan kategori, seperti
namasitus.com/kategori/halaman
. Dengan kata lain, halaman-halaman yang topiknya berhubungan ditempatkan dalam satu direktori yang sama. Pendekatan ini membuat pemisahan antar silo tampak jelas secara URL, sehingga mesin pencari dapat melihat hierarki dan keterkaitan antar halaman dengan lebih gamblang. -
SILO Virtual (Soft Silo): Mengorganisir konten melalui pengelompokan logis dan tautan internal, tanpa memerlukan pengelompokan fisik pada struktur URL. Pada silo virtual, halaman tidak perlu berada dalam direktori yang sama secara URL; bisa saja struktur URL situs tetap datar (misal
namasitus.com/halaman1
,namasitus.com/halaman2
), namun hubungan silo dibentuk dengan cara setiap halaman dalam satu topik saling terhubung melalui internal link. Dengan silo virtual, URL lebih simpel dan pendek, namun kita harus memastikan tautan internal antar konten se-topik tersusun dengan baik agar mesin pencari tetap memahami struktur tematis situs.
Tidak ada jawaban mutlak mana yang lebih baik – keduanya memiliki keunggulan. Silo fisik cenderung membuat struktur topik sangat jelas secara navigasi dan crawling (baik untuk situs besar dengan banyak konten), sedangkan silo virtuallebih fleksibel terhadap perubahan dan bisa menghasilkan URL yang lebih singkat dan user-friendly. Bahkan, banyak situs menggabungkan keduanya: menggunakan struktur direktori sekaligus memperkuatnya dengan tautan internal. Yang penting, apapun pendekatannya, setiap silo harus berdiri sendiri secara topik (ibarat silo terpisah) dan tautan internal terutama menghubungkan konten di dalam silo tersebut, bukan lintas silo, kecuali terpaksa diperlukan.
Manfaat Penerapan Struktur SILO untuk SEO
Menerapkan struktur silo memberikan sejumlah manfaat signifikan bagi optimasi mesin pencari maupun pengalaman pengguna. Berikut beberapa keuntungan utamanya:
-
Struktur Situs Lebih Terorganisir: Silo SEO membantu menata website menjadi lebih rapi dan bertingkat. Konten yang serupa dikelompokkan bersama sehingga situs memiliki fokus topik yang jelas pada tiap bagiannya. Hal ini membuat website lebih mudah dikelola dan dinavigasi oleh admin maupun pengguna. Konten dalam satu silo memiliki kesamaan tema, sehingga pembahasan setiap halaman lebih terfokus dan tidak melebar ke topik lain.
-
Navigasi Pengguna Lebih Mudah: Dengan pengelompokan konten yang jelas, pengunjung dapat dengan cepat menemukan informasi yang mereka cari di situs. Menu atau struktur navigasi biasanya menampilkan kategori silo, memandu pengguna menuju topik yang diinginkan. Selain itu, tautan internal antar halaman terkait mempermudah pengguna meloncat ke artikel lain dalam topik yang sama. Hasilnya, pengalaman menjelajah situs menjadi lebih lancar dan nyaman, yang berujung pada kepuasan pengunjung lebih tinggi. Situs yang mudah ditelusuri cenderung membuat pengunjung betah, menurunkan bounce rate dan meningkatkan jumlah halaman yang mereka kunjungi.
-
Meningkatkan Relevansi & Otoritas Topikal: Siloing secara efektif memberi sinyal kepada mesin pencari mengenai topik utama website. Ketika banyak halaman dalam satu silo membahas aspek-aspek berbeda dari topik yang sama, website tersebut membangun otoritas dan relevansi tinggi pada topik tersebut di mata Google. Ini dikenal juga dengan peningkatan topical authority. Semakin mendalam dan terstruktur pembahasan suatu niche di situs Anda, semakin mudah search engine memahami bahwa situs Anda adalah sumber yang kredibel di bidang itu. Silo membantu memastikan konten tetap dalam lingkup niche yang terkontrol; jika pun perlu memperluas topik, cukup tambahkan silo/kategori baru tanpa mengacaukan struktur yang ada.
-
Distribusi “Link Juice” dan Internal PageRank: Dengan struktur silo, tautan internal dapat diatur sedemikian rupa sehingga otoritas halaman (PageRank) dari backlink yang masuk bisa mengalir ke seluruh halaman terkait secara lebih merata. Halaman-halaman dalam satu silo saling memperkuat melalui link, sehingga link equity tidak hanya menumpuk di satu halaman saja. Ini juga membantu mengurangi risiko keyword cannibalization (persaingan kata kunci antar halaman sendiri), karena setiap silo memiliki fokus kata kunci tersendiri yang tidak tumpang tindih. Secara keseluruhan, internal linking yang baik dalam silo akan meningkatkan kekuatan SEO setiap halaman di silo tersebut.
-
Mempercepat Crawling dan Indexing: Struktur yang terorganisir memandu crawler mesin pencari menelusuri situs dengan efisien. Karena halaman-halaman dalam silo saling terhubung, bot Google dapat menemukan konten baru atau terdalami dengan mudah melalui tautan internal. Kategori dan hierarki yang jelas juga membantu Google memahami konteks setiap halaman. Akibatnya, proses pengindeksan jadi lebih cepat – halaman-halaman baru lebih cepat dikenal karena selalu ada jalur link dari halaman terkait lainnya. Silo SEO telah terbukti mempercepat indexing Google karena struktur kategori yang rapi membuat bot tidak kebingungan saat merayapi situs.
-
Peringkat SEO Lebih Baik: Kombinasi semua faktor di atas pada akhirnya bermuara pada peningkatan performa SEO situs. Struktur silo yang baik meningkatkan relevansi konten, pengalaman pengguna, dan aliran PageRank internal – semuanya berkontribusi positif pada algoritma peringkat Google. Dengan siloing, konten Anda lebih relevan dengan pencarian tertentu dan lebih mudah ditemukan oleh mesin pencari maupun pengguna, sehingga peluang muncul di hasil pencarian teratas pun meningkat. Beberapa metrik UX yang dipengaruhi silo (seperti dwell time yang lebih lama, bounce rate lebih rendah) juga diketahui turut membantu peringkat di Google. Singkatnya, silo SEO memberi fondasi yang kuat untuk mencapai ranking lebih tinggi secara organik.
Membangun dan Menerapkan Struktur SILO pada Berbagai Jenis Website
Prinsip dasar siloing dapat diterapkan di berbagai tipe situs, mulai dari blog sederhana hingga toko online dan website perusahaan jasa. Namun, implementasi konkretnya bisa sedikit berbeda tergantung jenis situsnya. Berikut panduan membangun struktur silo untuk beberapa tipe website umum:
1. Blog atau Situs Konten
Pada situs blog, silo biasanya berbentuk kategori topik yang mengelompokkan postingan blog. Langkah penerapannya antara lain:
-
Tentukan Kategori Utama: Identifikasilah topik-topik besar sesuai niche blog Anda yang akan dijadikan kategori. Idealnya, setiap kategori mencerminkan satu tema spesifik yang cukup luas untuk menampung banyak artikel. Misal untuk blog teknologi, kategori utamanya bisa “Gadget”, “Software”, “Tips & Trik”, dll. Pastikan kategori tidak terlalu banyak dan masing-masing jelas batas topiknya (supaya tidak tumpang tindih).
-
Susun Navigasi Blog: Buat menu atau daftar kategori di situs Anda sehingga pengunjung dan mesin pencari dapat melihat pembagian silo tersebut dengan mudah. Pada platform seperti WordPress, Anda bisa memanfaatkan fitur category untuk otomatis mengelompokkan posting. Tampilkan kategori di menu utama atau sidebar, agar setiap silo memiliki “pintu masuk” yang jelas. Ini memudahkan pengguna langsung menuju kumpulan konten yang diinginkan.
-
Penggunaan URL & Folder (Opsional): Jika memungkinkan, terapkan silo fisik dengan menyertakan nama kategori pada URL setiap posting. Sebagai contoh, alih-alih
mysite.com/post-judul-artikel
, gunakanmysite.com/kategori/judul-artikel
. Ini membuat hirarki silo tampak pada struktur URL. Namun jika itu tidak praktis, pastikan setidaknya struktur kategori tampak di navigasi dan breadcrumbs. -
Bangun Internal Linking di Dalam Kategori: Setiap kali Anda membuat artikel baru, tambahkan tautan internal menuju artikel lain yang relevan dalam kategori yang sama. Bisa dalam bentuk referensi konteks di teks, atau menyediakan section “Baca juga” yang menampilkan posting terkait. Internal link semacam ini memperkuat ikatan antar konten dalam satu silo dan memudahkan pengunjung berpindah topik di dalam silo. Hindari menautkan posting Anda ke artikel di kategori lain yang tidak berhubungan langsung, supaya setiap silo tetap fokus (kecuali ada keterkaitan topik yang kuat sekali, lihat bagian tips).
-
Konten Pilar sebagai Induk: Pertimbangkan membuat konten pilar untuk tiap kategori – misalnya satu artikel komprehensif atau halaman statis yang merangkum subtopik kategori tersebut dan berisi link ke artikel-artikel terkait. Konten pilar ini berfungsi sebagai pusat dari silo (sebagai hub) dan biasanya menarget kata kunci broad. Sebagai contoh, jika kategorinya “Gadget”, Anda bisa punya halaman pilar “Panduan Lengkap Gadget Terbaru 2025” yang merujuk ke berbagai review spesifik di kategori Gadget.
-
Perbarui Setiap Kategori Secara Rutin: Usahakan distribusi posting berjalan merata pada semua kategori. Jangan sampai hanya satu silo yang aktif sementara silo lain kosong melompong. Misalnya, jika Anda memiliki 3 kategori, rotasikan jadwal publikasi agar tiap kategori mendapat konten baru secara berkala. Ini penting untuk menjaga keseimbangan niche – struktur silo bekerja optimal bila setiap kategori berkembang dan diisi konten relevan, bukan berat sebelah. Setiap kali menambah artikel, cek juga apakah ada artikel lama dalam silo yang bisa dihubungkan (internal link) dengan artikel baru tersebut, sehingga jaringan konten makin kuat.
Intinya, pada blog, struktur silo akan sangat mengandalkan penentuan kategori yang tepat dan konsistensi internal link. Dengan kategori yang tertata dan posting yang saling terkait, blog Anda akan lebih fokus topiknya dan lebih ramah SEO.
2. Website E-Commerce (Toko Online)
Untuk situs e-commerce, konsep silo biasanya sudah inheren dalam struktur katalog produk. Setiap kategori produk dan sub-kategori adalah silo tersendiri. Berikut cara mengoptimalkannya:
-
Pengelompokan Kategori Produk: Pastikan produk Anda dikelompokkan dalam kategori dan sub-kategori yang logis. Setiap kategori utama berperan sebagai silo top-level (misalnya: “Elektronik”, “Pakaian”, “Peralatan Rumah Tangga”). Di dalamnya, mungkin ada sub-kategori (contoh di kategori Elektronik: “Smartphone”, “Laptop”, “Kamera”). Hirarki ini sebaiknya tercermin pada struktur situs dan URL. Contohnya, produk handphone bisa berada di URL
toko.com/elektronik/smartphone/nama-produk
. Struktur seperti ini memperjelas bahwa Smartphone adalah sub-silo di dalam silo Elektronik. Jika menggunakan platform CMS e-commerce, manfaatkan fitur kategori dan koleksi produk agar setiap halaman produk diassign ke kategori yang tepat. -
Halaman Kategori sebagai Pilar: Halaman kategori produk sebaiknya tidak hanya berupa daftar produk, tetapi diberi deskripsi teks yang menjelaskan kategori tersebut (sekitar beberapa paragraf). Ini bisa dianggap semacam “konten pilar” untuk silo produk tersebut, membantu SEO dengan memberikan konteks kata kunci dan internal link. Misalnya halaman kategori “Smartphone” dapat memuat pengantar tentang ragam smartphone, kata kunci terkait, dan mungkin tautan ke subkategori (berdasarkan merek atau tipe).
-
Navigasi dan Breadcrumb: Tampilkan menu navigasi yang mencantumkan kategori utama secara jelas (sering kali sebagai menu bar di header). Selain itu, gunakan breadcrumb navigation di tiap halaman produk. Breadcrumb yang menunjukkan hierarki (misal: Beranda > Elektronik > Smartphone > Nama Produk) memudahkan user pindah ke level kategori di atasnya dan juga memberi sinyal struktur ke Google. Navigasi yang terstruktur akan memastikan crawler dapat menjangkau halaman kategori dan produk terdalam sekalipun.
-
Internal Linking Antar Produk terkait: Dalam halaman produk, sediakan bagian “produk terkait” atau “lihat juga” yang menampilkan produk-produk lain dalam kategori yang sama. Misalnya, di halaman produk “Samsung Galaxy S21” (kategori Smartphone), tampilkan link ke produk smartphone lain atau aksesoris terkait. Tautan ini membentuk silo virtual yang kuat di dalam kategori tersebut dan membantu pembeli menemukan alternatif dengan mudah. Hindari menampilkan produk dari kategori berbeda di rekomendasi, kecuali produk tersebut benar-benar relevan lintas kategori.
-
Konten Pendukung (Supporting Content): Untuk bersaing di hasil pencarian, toko online bisa menambahkan konten pendukung seperti artikel blog, panduan, atau FAQ yang terkait dengan kategori produk. Strateginya, konten tersebut ditempatkan sebagai bagian dari silo kategori tertentu. Contohnya, toko furniture dengan kategori “Sofa” dapat membuat artikel blog berjudul “Tips Memilih Sofa Ramah Hewan Peliharaan” dan menempatkannya di bawah silo Sofa (misalnya URL:
tokofurniture.com/sofa/tips-memilih-sofa-ramah-hewan
). Artikel ini kemudian di-link dari halaman kategori Sofa, dan di dalam artikelnya terdapat link kembali ke halaman kategori atau produk terkait. Internal link dua arah semacam itu (kategori <-> artikel panduan <-> produk) akan meningkatkan relevansi SEO silo produk sekaligus memberi informasi bermanfaat bagi calon pembeli. -
Hindari Struktur Datar: Pastikan Anda tidak menaruh semua produk di satu tingkat saja (flat structure). Struktur datar (misal semua produk langsung di bawah beranda tanpa kategori) akan menyulitkan navigasi dan mengaburkan konteks topik di mata mesin pencari. Sebaliknya, dengan silo yang dalam (meski bisa 2-3 tingkat), situs Anda menunjukkan keteraturan dan hubungan antar produk yang jelas. Usahakan kedalaman hirarki tidak berlebihan; terlalu banyak tingkat (misal kategori > subkategori > sub-subkategori > produk) bisa membuat URL panjang dan pengguna mesti klik berkali-kali. Temukan keseimbangan antara kedalaman untuk konteks SEO dan kemudahan akses bagi pengguna.
Secara ringkas, pada website e-commerce, manfaatkan struktur kategori-produk sebagai silo fisik. Lengkapi dengan tautan internal (misal antar produk terkait, dari produk ke kategori, dsb.) sebagai silo virtual. Dengan begitu, toko online Anda akan user-friendly sekaligus crawler-friendly, meningkatkan peluang produk Anda muncul di pencarian relevan.
3. Website Jasa/Profesional
Situs jasa atau profesional (misalnya website perusahaan yang menawarkan layanan, portfolio profesional, firma hukum, konsultan, dll.) juga dapat menggunakan konsep silo untuk menata halaman layanan mereka. Pendekatannya sebagai berikut:
-
Kelompokkan Layanan ke dalam Silo: Identifikasilah setiap layanan utama yang ditawarkan sebagai silo tersendiri. Biasanya, situs seperti ini memiliki halaman Services atau Layanan yang memecah layanan ke beberapa kategori. Contohnya, sebuah digital marketing agency mungkin membagi layanannya menjadi “Jasa SEO”, “Jasa Iklan Google Ads”, dan “Jasa Social Media Marketing”. Masing-masing dari kategori layanan ini akan menjadi silo. Setiap layanan utama sebaiknya memiliki halaman utamanya sendiri dan bertindak sebagai halaman induk silo yang independen. Halaman induk ini menjelaskan secara umum layanan tersebut dan menjadi titik hub bagi sub-halaman terkait.
-
Buat Halaman Turunan untuk Layanan Spesifik: Di dalam setiap kategori layanan (silo), Anda bisa menambahkan halaman-halaman sub-layanan atau detail. Misalnya pada silo “Jasa SEO”, mungkin ada halaman khusus untuk “Layanan Riset Kata Kunci”, “Layanan Audit Website”, “Layanan Link Building”, dan sebagainya. Halaman-halaman ini merupakan bagian dari silo Jasa SEO dan sebaiknya hanya fokus pada aspek tersebut. Demikian pula untuk silo “Jasa Google Ads”, bisa dipecah menjadi “Iklan Penelusuran (Search Ads)” dan “Iklan Display”. Struktur URL bisa mengikuti silo fisik, contohnya:
agency.com/seo/riset-kata-kunci
danagency.com/seo/audit-website
untuk halaman di bawah Jasa SEO. -
Navigasi Layanan: Tampilkan menu atau daftar layanan di halaman utama maupun navigasi global situs. Ini memastikan pengunjung langsung melihat kategori layanan yang Anda miliki. Misalnya, halaman Layanan dapat menampilkan kartu atau tautan menuju tiap silo layanan (SEO, Ads, Social Media, dll). Menu dropdown juga bisa digunakan. Pastikan tiap silo mudah diakses dari beranda.
-
Internal Link Antar Halaman Layanan: Di dalam konten halaman layanan, sisipkan tautan menuju halaman sub-layanan terkait atau studi kasus yang relevan. Misal, pada halaman utama “Jasa SEO” bisa terdapat link teks seperti “Kami juga menyediakan audit SEO menyeluruh (tautan ke halaman Audit Website) untuk memastikan situs Anda memenuhi kriteria teknis SEO.” Demikian pula, halaman “Audit Website” harus menaut kembali ke halaman induk “Jasa SEO” (atau paling tidak menyebutkan dan link ke jasa terkait lain seperti Riset Kata Kunci jika konteksnya bersinggungan). Pola internal linking ini mengukuhkan silo layanan tersebut sebagai satu kesatuan yang saling mendukung. Jika ada blog di situs tersebut, Anda bisa menulis artikel yang berkaitan dengan satu layanan dan menautkannya ke halaman layanan tersebut – contohnya artikel “Pentingnya Audit SEO Tahunan” yang di dalamnya ada link ke halaman Audit Website. Ini seperti konten pendukung untuk silo layanan terkait.
-
Pisahkan Konten Antar Layanan: Usahakan halaman atau artikel di satu silo layanan tidak sembarangan menaut ke silo layanan lain, kecuali topiknya benar-benar berkaitan. Misalnya, sebaiknya halaman “Jasa SEO” tidak menaut ke “Jasa Social Media” secara langsung di isi kontennya, karena keduanya silo berbeda (kecuali ada halaman perbandingan atau paket terpadu yang memang relevan menghubungkan keduanya). Dengan meminimalkan tautan lintas silo, situs Anda akan memberikan sinyal topikal yang lebih kuat pada masing-masing layanan.
-
Pertimbangkan Halaman FAQ atau Portfolio per Silo: Untuk memperdalam silo, Anda bisa menambahkan halaman FAQ khusus atau studi kasus/portfolio yang terkait tiap layanan. Misalnya, silo “Jasa SEO” berisi juga halaman “Studi Kasus SEO Klien A” dan “Studi Kasus SEO Klien B”, serta mungkin satu halaman FAQ SEO. Semua ini di-link dari halaman Jasa SEO, dan saling terhubung satu sama lain apabila relevan. Halaman-halaman tambahan ini memperkaya konten silo tersebut dan menunjukkan keahlian mendalam di area layanan itu.
Dengan langkah di atas, website jasa/profesional Anda akan terstruktur layaknya mini-site per layanan. Setiap layanan punya “ruang” sendiri di situs Anda, lengkap dengan konten pendukung dan navigasi yang jelas. Ini membantu calon klien menemukan informasi yang tepat dengan cepat, serta membantu mesin pencari memahami fokus berbeda di tiap bagian situs layanan Anda.
Contoh Struktur Hierarki Halaman dengan SILO
Untuk memperjelas konsep di atas, berikut adalah contoh struktur hierarki (site map) menggunakan pendekatan silo untuk masing-masing jenis situs:
Contoh Struktur SILO untuk Blog
-
Tutorial SEO
-
contohseo.com/tutorial/dasar-seo
-
contohseo.com/tutorial/tools-seo
-
-
Karir SEO
-
contohseo.com/loker/seo-specialist
-
contohseo.com/loker/seo-writer
-
(Contoh di atas menunjukkan sebuah blog seputar SEO yang dibagi menjadi dua silo utama: “Tutorial SEO” dan “Karir SEO (Loker SEO)”. Masing-masing silo memiliki beberapa artikel; misalnya silo Tutorial SEO berisi artikel panduan dasar dan tools SEO. Setiap URL artikel mencantumkan kategori di jalurnya sebagai folder. Semua artikel di silo Tutorial SEO akan saling terhubung dengan internal link, demikian pula artikel-artikel dalam silo Karir SEO.)
Contoh Struktur SILO untuk Website E-Commerce
-
Elektronik
-
Smartphone
-
toko.com/elektronik/smartphone/samsung-galaxy-s21
-
toko.com/elektronik/smartphone/iphone-13
-
-
Laptop
-
toko.com/elektronik/laptop/macbook-pro-14-inch
-
toko.com/elektronik/laptop/dell-xps-13
-
-
-
Peralatan Rumah Tangga
-
Mesin Cuci
-
toko.com/peralatan-rumah/mesin-cuci/panasonic-7kg
-
toko.com/peralatan-rumah/mesin-cuci/lg-inverter-8kg
-
-
Kulkas
-
toko.com/peralatan-rumah/kulkas/sharp-2-pintu
-
toko.com/peralatan-rumah/kulkas/samsung-1-pintu
-
-
Pada contoh di atas, situs e-commerce memiliki dua silo kategori utama: Elektronik, dan Peralatan Rumah Tangga. Di bawah “Elektronik” ada subkategori Smartphone dan Laptop, yang masing-masing berisi halaman produk tertentu. URL produk mencerminkan struktur kategori -> subkategori -> nama produk. Hal yang sama berlaku untuk kategori Peralatan Rumah Tangga dengan subkategori Mesin Cuci dan Kulkas. Tiap produk akan menaut ke produk terkait dalam subkategori yang sama, dan pengguna dapat menavigasi ke subkategori atau kategori melalui breadcrumb.
Contoh Struktur SILO untuk Website Jasa/Profesional
-
Jasa SEO
-
perusahaan.com/seo/riset-kata-kunci (Layanan Riset Kata Kunci)
-
perusahaan.com/seo/audit-website (Layanan Audit Website)
-
-
Jasa Iklan Google
-
perusahaan.com/ads/search-ads (Layanan Iklan Penelusuran)
-
perusahaan.com/ads/display-ads (Layanan Iklan Display)
-
Contoh di atas menunjukkan struktur silo untuk sebuah agency digital dengan dua lini layanan utama. Silo “Jasa SEO” mempunyai dua halaman layanan spesifik: Riset Kata Kunci dan Audit Website, yang berada di bawah folder “/seo/”. Silo “Jasa Iklan Google” punya sub-layanan Iklan Penelusuran dan Iklan Display di bawah folder “/ads/”. Tiap silo layanan akan diperluas dengan konten terkait (misal studi kasus, artikel blog tentang SEO atau tentang iklan Google) dan tautan internal di antara halaman dalam silo tersebut.
Tips dan Praktik Terbaik Membangun Struktur SILO yang Efektif
Terakhir, perhatikan beberapa tips berikut agar strategi SILO SEO Anda memberikan hasil optimal:
-
Rencanakan Struktur Sejak Awal: Idealnya, tentukan kategori silo dan rancang struktur situs sebelum website dibangun atau saat masih awal. Perencanaan dini (termasuk riset kata kunci untuk menentukan topik kategori) akan memudahkan implementasi. Siloing pada situs yang sudah berjalan bisa dilakukan, tapi membutuhkan audit dan penyesuaian banyak halaman, jadi lebih efisien jika struktur silo sudah disiapkan sejak awal.
-
Gunakan Struktur Piramida (Halaman Pilar): Terapkan bentuk hierarki seperti piramida: homepage di puncak, di bawahnya halaman kategori/pilar untuk tiap silo, dan konten turunan di lapisan bawah. Setiap silo sebaiknya memiliki “konten pilar” yang menjadi pusat informasi dan mengarahkan ke konten lain di silo itu. Struktur internal link pun mengikuti piramida: halaman utama menaut ke kategori, kategori ke konten turunan, dan antar konten turunan saling terhubung. Pendekatan ini memastikan otoritas halaman mengalir dari atas ke bawah dengan baik dan user dapat menelusuri topik secara bertahap.
-
Sebar Internal Link yang Relevan Saja: Jaringan link internal adalah kunci silo, namun kualitas lebih penting dari kuantitas. Pastikan Anda menautkan halaman-halaman yang memang relevan topiknya. Jangan memaksakan setiap halaman link ke semua halaman lain. Link antar konten sebaiknya konteksual – misalnya dalam paragraf yang terkait topik tersebut. Tautan internal yang kontekstual memperkuat sinyal relevansi di mata Google. Hindari juga tautan ke konten di silo lain (beda kategori) karena bisa membingungkan struktur; lakukan hanya jika informasi tersebut benar-benar berhubungan erat dan berguna bagi pembaca. Beberapa ahli (contoh: tim Ahrefs) bahkan menyarankan bahwa cross-linking antar silo boleh dilakukan bila topiknya relevan dan menambah nilai bagi pengguna – jadi, gunakan kebijakan ini dengan bijak.
-
Sediakan Content Hub/Section “Terkait”: Untuk setiap halaman (terutama konten artikel atau produk), sediakan section yang menampilkan link ke konten terkait dalam silo yang sama. Misalnya, di akhir posting blog sertakan daftar “Artikel Terkait” yang semuanya termasuk kategori yang sama. Ini semacam mini-sitemap lokal untuk silo tersebut. Di e-commerce, bisa berupa “Lihat juga produk sejenis”. Hal ini membantu pembaca menggali lebih dalam topik serupa dan meningkatkan interlinking tanpa usaha manual berlebih.
-
Hindari Kedalaman Halaman Berlebihan: Usahakan agar struktur klik dari beranda ke halaman terjauh tidak terlalu dalam. Sebagai patokan, konten penting idealnya tidak berjarak lebih dari 3-4 klik dari halaman utama. Jika terlalu dalam (terlalu banyak level kategori), risiko crawler tidak menjangkau atau menilai konten kurang penting jadi meningkat. Gunakan internal link atau menu tambahan jika perlu agar halaman penting bisa diakses lebih cepat. Depth yang dangkal juga memudahkan pengguna – mereka tidak perlu klik melalui banyak halaman hanya untuk mencapai konten tertentu.
-
Jaga Konsistensi dan Keseimbangan Konten: Pastikan setiap silo terus diperbarui dan tidak ditinggalkan. Buat jadwal konten yang merata untuk tiap kategori. Jika Anda menambahkan silo baru, rencanakan pula konten-konten pendukungnya. Selain itu, terapkan format penamaan URL, judul halaman, dan tag-heading yang konsisten di dalam silo. Misal, jika menggunakan struktur fisik, semua kategori tingkat atas sebaiknya singular atau plural secara konsisten (
/blog/post...
vs/blogs/post...
, pilih salah satu). Hal-hal kecil ini menjaga struktur tampak profesional dan teratur. -
Gunakan Data dan Evaluasi: Setelah menerapkan silo, pantau efeknya. Lihat bagaimana perilaku pengguna(apakah bounce rate menurun, page per session naik di analytics), dan indeksasi Google (melalui Google Search Console, apakah lebih banyak halaman terindeks, perayapan lebih efisien). Periksa pula dengan alat SEO (spt Ahrefs atau Screaming Frog) bagaimana struktur internal link terbentuk – apakah sudah sesuai piramida, atau masih ada halaman yatim (orphan) yang belum terhubung. Evaluasi ini penting agar Anda dapat menyempurnakan struktur, misalnya menambah link di halaman yang ternyata terisolasi.
Dengan mengikuti prinsip di atas, struktur silo Anda akan semakin solid. Ingatlah bahwa inti dari silo SEO adalah fokus topik dan keterhubungan internal. Saat situs Anda terstruktur rapi berdasarkan tema, Anda tidak hanya memudahkan mesin pencari memahami situs Anda, tapi juga menciptakan pengalaman pengguna yang menyenangkan. Struktur silo yang efektif ibarat pondasi bangunan yang kokoh – dengan fondasi ini, upaya SEO lainnya (seperti konten dan backlink) akan lebih maksimal hasilnya. Selamat mencoba menerapkan SILO SEO untuk meningkatkan performa situs Anda!